Dubai Sekarang Musim Apa

Dubai Sekarang Musim Apa

Musim Apa Sekarang di Indonesia?

Setelah mengetahui pengertian dan bagaimana perubahan musim terjadi, barulah kita bisa menganalisis tengah terjadi musim apa sekarang di Indonesia.

Mengutip laman bmkg.go.id, prakiraan musim hujan 2022/2023 di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami awal musim hujan 2022/2023 pada kisaran September hingga November 2022 dan berlanjut hingga datangnya musim kemarau di 2023.

Musim hujan aktif biasanya akan dimulai pada Oktober dan berakhir di Maret. Sementara, musim kemarau akan menyusul pada April dan berakhir pada September. Sehingga, saat ini Indonesia tengah berada di penghujung musim hujan tahunannya atau musim pancaroba.

Musim pancaroba biasanya ditandai dengan keadaan udara dan cuaca yang tak menentu, banyak angin besar terjadi secara acak serta kemunculan beberapa penyakit. Sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan kesehatan dan kondisi tubuh dalam penghujung musim hujan dan musim pancaroba ini. (mdk/edl)

Jakarta (ANTARA) - Jika mengacu pada prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun 2024 ini musim hujan terjadi pada November 2023 dan berada di puncaknya sekitar bulan Januari hingga Februari 2024. Setiap daerah memiliki curah hujan yang berbeda-beda, ada yang lebih tinggi dan lebih rendah dibanding biasanya.

Awal musim hujan umumnya berkaitan dengan peralihan angin muson timur menjadi angin muson barat. Menurut BMKG, Angin Muson Timur diprediksi masih aktif hingga November 2024, terutama di Indonesia bagian Selatan. Sementara itu, Angin Muson Barat diprediksi akan datang lebih lambat dari biasanya.

Menurut prediksi BMKG musim hujan tahun ini menyeluruh ke semua wilayah di Indonesia pada bulan Maret hingga April. Berarti seharusnya pada bulan Juli ini sudah memasuki musim kemarau, tapi kenapa hujan masih sering melanda wilayah-wilayah di Indonesia?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Meskipun demikian, hujan masih sering turun di banyak wilayah di Indonesia.

Guswanto yang merupakan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Namun, ia menekankan bahwa meskipun musim kemarau, hujan masih dapat terjadi, meskipun dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian.

Guswanto juga menyebutkan bahwa ada potensi peningkatan curah hujan yang signifikan dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional hingga global yang signifikan, termasuk aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia juga ikut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah tersebut.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengatakan bahwa kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5 - 11 Juli 2024. Wilayah-wilayah yang dimaksud meliputi Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.

Andri menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir bandang, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.

Terkait cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es yang terjadi di Sawangan, Kota Depok pada tanggal 3 Juli lalu, Andri menjelaskan bahwa kejadian tersebut disebabkan oleh awan Cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat konveksi kuat di wilayah tersebut.

Proses hujan itu bisa terjadi karena kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer lapisan atas, dimana es yang terbentuk memiliki ukuran besar. Ketika es tersebut turun ke lapisan atmosfer yang lebih rendah dan hangat, terjadi hujan. Namun, tidak semua es mencair sempurna, sehingga terjadi hujan es, dimana suhu puncak awan Cumulonimbus mencapai minus 80 derajat Celcius.

Pergantian serta transisi musim saat ini sulit diprediksi karena beberapa faktor, oleh karena itu ada baiknya bagi Anda yang sering beraktivitas di luar ruangan untuk berhati-hati dan mengantisipasi datangnya hujan.

Pewarta: Raihan FadilahEditor: Maria Rosari Dwi Putri Copyright © ANTARA 2024

Beberapa hari terakhir Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan dan angin kencang padahal saat ini sudah memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun memberikan penjelasan.

BMKG mengatakan puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Juli dan Agustus 2024. BMKG menyebut hujan masih sering terjadi di banyak wilayah di Indonesia pada periode tersebut.

"Betul sebagian besar wilayah Indonesia terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024 yaitu sebanyak 77,27%, di mana 63,95% durasi musim kemarau diprediksi terjadi selama 3 hingga 15 dasarian. Meski demikian, bukan berarti dalam periode kemarau tidak ada hujan sama sekali, tetapi ada hujan meski kisaran di bawah 50 mm/dasariannya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya, Kamis (4/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dwikorita mengatakan dalam sepekan ke depan, masih terdapat potensi peningkatan curah hujan secara signifikan di sejumlah wilayah Indonesia. Fenomena ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional-global yang cukup signifikan.

Dia menyebutkan beberapa faktor di antaranya ialah aktivitas fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Sebagian besar Papua. Selain itu, suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia memberikan kontribusi dalam menyediakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan signifikan di wilayah Indonesia.

"Fenomena atmosfer inilah yang memicu terjadinya dinamika cuaca yang berakibat masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," imbuhnya.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat/angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada 5-11 Juli 2024. Wilayah yang dimaksud adalah Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.

Dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai terhadap kemungkinan adanya potensi hujan yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan banjir bandang. Dia menekankan masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, dataran tinggi, juga sepanjang daerah aliran sungai harus lebih waspada.

Pada Rabu (3/7) kemarin terjadi hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es di wilayah Bedahan, Sawangan, Kota Depok. Guaswanto mengatakan hujan es disebabkan adanya awan cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat daya angkat atau konvektif yang cukup kuat di wilayah tersebut.

Proses hujan diawali dengan kondensasi uap air teramat dingin melewati atmosfer di lapisan atas level beku. Es yang terbentuk umumnya memiliki ukuran besar.

Dia mengatakan pada saat kumpulan es yang besar di atmosfer turun ke area lebih rendah dan hangat, maka terjadi hujan. Hanya, kadang tidak semua es akan mencair sempurna dan menjadikannya hujan es, di mana suhu puncak awan CB mencapai minus 80 derajat Celsius.

"Di lain sisi, selagi masih turun hujan, alangkah baiknya dimanfaatkan untuk menabung air. Hemat dan menggunakan air secara bijak, supaya memiliki cadangan air saat Puncak Musim Kemarau melanda wilayah kita nantinya" jelas Guswanto.

Lihat juga Video: Aurel-Atta Halilintar Bagikan Momen Hujan di Mekah Saat Kemarau

[Gambas:Video 20detik]

Your access to and use of the Dubai Electricity and Water Authority’s (DEWA’s) website (the ‘Site’) is subject to the following terms and conditions, as well as UAE laws. Your access to the Site is in consideration for your agreement to these Terms and Conditions of Use, whether or not you are a registered user. By accessing, browsing, and using the Site, you accept, without limitation or qualification, these Terms and Conditions of Use.

DEWA maintains the right to modify these Terms and Conditions of Use. The modified terms and conditions will be published on this page. Any modification is effective immediately upon posting. Your use of the Site following the posting of any modification signifies your acceptance of such modification. You should periodically visit this page to review the current 'Terms and Conditions of Use'.

You agree to access and use the Site only for lawful purposes. You are solely responsible for the knowledge of and adherence to any and all laws, statutes, rules and regulations pertaining to your use of the Site. By accessing the Site, you agree that you will not:

Certain portions of the Site are limited to registered users and/or allow a user to request support or services online by entering personal information. You agree that any information provided to us in these areas will be complete and accurate, that you will not register under the name of, nor attempt to enter the Site under the name of, another person, and that you will not adopt a user name that DEWA, in its sole discretion, deems offensive.

DEWA may, in its sole discretion, terminate or suspend your access to and use of this Site without notice and for any reason, including for violation of these Terms and Conditions of Use or for other conduct which DEWA, in its sole discretion, believes is unlawful or harmful to others. In the event of termination, you will no longer be authorised to access the Site, and DEWA will use any means possible to enforce this termination.

Some links on the Site lead to websites that are not operated by Dubai Electricity and Water Authority. DEWA does not control these websites nor do we review or control their content. DEWA provides these links to users for convenience. These links are not an endorsement of products, services, or information, and do not imply an association between DEWA and the operators of the linked website. When you select a link to an outside website, you are subject to the terms and conditions of the owner/sponsors of that outside website.

DEWA reserves the right to monitor any content that you provide, but shall not be obligated to do so. Although DEWA cannot monitor all postings on the Site, we reserve the right (but assume no obligation) to delete, move, or edit any postings that violate these terms and conditions. The UAE and foreign copyright laws and international conventions protect the contents of the Site. You agree to abide by all copyright notices posted on the Site.

You agree to defend, indemnify, and hold harmless DEWA and all of its employees and agents from any and all liabilities incurred in connection with any claim arising from any breach by you of these Terms and Conditions of Use, including reasonable attorneys' fees and costs. You agree to cooperate fully in the defense of any such claim. DEWA reserves the right to assume, at its own expense, the exclusive defence and control of any matter otherwise subject to indemnification by you. You agree not to settle any matter without the written consent of Dubai Electricity and Water Authority.

You expressly understand and agree that your use of the Site, or any material available through this Site, is at your own risk. Neither DEWA nor its employees warrant that the Site will be uninterrupted, problem-free, free of omissions, or error-free; nor do they make any warranty as to the results that may be obtained from the use of the Site. The content and function of the Site are provided to you "as is," without warranties of any kind, either express or implied, including, but not limited to, warranties of title, merchantability, fitness for a particular purpose or use, or currency.

In no event will DEWA or its employees be liable for any incidental, indirect, special, punitive, exemplary, or consequential damages, arising out of your use of or inability to use the Site, including without limitation, loss of revenue or anticipated profits, loss of goodwill, loss of business, loss of data, computer failure or malfunction, or any other damages.

Sovia Jewelry © 2024. All Rights Reserved

Merdeka.com - Memasuki musim apa sekarang di Indonesia adalah hal yang penting diketahui untuk mempersiapkan diri menyambut dampak-dampak yang dibawanya. Sebagai salah satu negara tropis di dunia, Indonesia hanya memiliki dua musim saja sepanjang tahunnya.

Kedua musim tersebut adalah musim hujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada Oktober hingga Maret. Sedangkan musim kemarau biasanya berlangsung pada April hingga September menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia.

Meski demikian, waktu terjadinya kedua musim tersebut belakangan ini tidak tentu lantaran kondisi iklim global yang berubah-ubah. Ketidaktentuan waktu mulainya musim penghujan dan kemarau membuat masyarakat bertanya-tanya sebenarnya sedang musim apa sekarang di Indonesia yang sebenarnya.

Bagaimana hujan tak menentu terjadi di Indonesia? Semua faktor ini menyebabkan cuaca menjadi tidak menentu, dengan perubahan ekstrem dari panas yang menyengat hingga hujan deras dalam waktu singkat.

Kapan musim hujan di Indonesia? Dengan datangnya musim hujan pada November 2024, Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan kesehatan yang harus diwaspadai oleh seluruh masyarakat.

Kenapa hujan di Indonesia tidak menentu? Perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah masa peralihan musim, yang dikenal sebagai pancaroba. Selama masa ini, perubahan cuaca yang tidak menentu sering terjadi, seperti saat beralih dari musim kemarau ke musim hujan, dan sebaliknya.

Kapan musim hujan di Indonesia biasanya dimulai? 'Musim kemarau akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober ini, dan awal musim hujan secara bertahap, dimulai awal November 2023,' tulis BMKG dalam keterangan resminya dilansir Rabu (4/10/2023).

Kapan hujan tak menentu terjadi? Pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret dan April, sementara pancaroba antara musim kemarau dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga Desember.

Musim adalah sebuah peristiwa alam di Bumi yang terjadi dalam jangka waktu tahunan dan meliputi wilayah yang luas. Musim tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan atmosfer suatu wilayah akan tetapi juga dipengaruhi oleh posisi wilayah tersebut dengan acuan garis khatulistiwa (ekuator).

Hal ini membuat musim yang diterima oleh suatu wilayah menjadi sangat bergantung dengan iklim pada wilayah tersebut. Secara umum pembagian musim pada wilayah yang tropis (disekitar equator) terbagi menjadi dua yaitu musim kemarau dan musim penghujan dengan rentang waktu perputaran tahunan.

Indonesia adalah salah satu negara topis, karenanya hanya memiliki dua musim dengan pembagian 4-5 bulan musim kemarau, 4-5 bulan musim penghujan, dan sisanya adalah masa peralihan atau pancaroba.

Perubahan musim adalah suatu kondisi terjadinya perubahan durasi musim hujan atau musim kemarau antara satu periode terhadap periode sebelumnya. Analisis perubahan musim dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan pemisahan Musim Hujan (MH), Musim Kemarau (MK) dan Musim Pancaroba (MP) berdasarkan hubungan beda nyata terkecil antara curah hujan dari 2 bulan berturut-turut.

2. Apabila curah hujan bulanan lebih dari 200 mm ditetapkan sebagai Musim Hujan (MH), apabila curah hujan bulanan kurang dari 100 mm ditetapkan sebagai Musim Kemarau (MK), dan apabila curah hujan bulanan antara 100-200 mm maka ditetapkan Musim Pancaroba (MP), hal ini mengikuti kriteria bulan basah dan bulan kering menurut Oldeman.

Anda mungkin ingin melihat